Fortuna

NTT Rentan Terhadap Perubahan Iklim, Yapeka Gelar Workshop

“Tanpa kita sadari bahwa setiap hari kita menghasilkan emisi gas lewat kendaraan yang kita gunakan. Hal ini berdampak buruk pada kualitas hidup dan kerusakan lingkungan, ” ungkap Ganef.

Suasana Workshop di Sotis Hotel Kupang, Senin, 1 Agustus 2022. Foto : dok.Fortuna

KUPANG, fortuna.press – Perubahan iklim atau Climate Change telah menjadi issue global saat ini. Merepon issue tersebut, Yayasan Pemberdayaan Masyarakat dan Konservasi Alam (Yapeka) dengan difasilitasi oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan provinsi Nusa Tenggara Timur ( LKH NTT) menggelar worksop  pengendalian perubahan iklim.

Kegiatan bertajuk Workshop Penyusunan Kerangka Kerja Rencana Aksi Adaptasi Kelompok Kerja Pengendalian Perubahan Iklim di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengambil tempat di Aula Hotel Sotis, Kupang, Senin, 01 Agustus 2022.

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di Kawasan Timur Indonesia diketahui memiliki banyak potensi sumber daya pesisir dan laut yang tinggi.

Potensi ini didukung juga didukung oleh masyarakatnya yang hidup dalam berbagai keunikan budaya dan tradisi lokal. Meski demikian, provinsi NTT memiliki kerentanan terhadap perubahan iklim.

Menjawab issue perubahan iklim, diperlukan upaya-upaya, salah satunya melalui peningkatan kapasitas SDM.

Sasarannya kepada pihak pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota, tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, sektor swasta, media dan pihak terkait lainnya.

Langkah selanjutnya adalah pembentukan kelompok kerja (pokja) ditingkat provinsi NTT, ataupun workshop melibatkan lintas stakeholders guna memfinalisasikan Pokja tersebut sehingga dapat menjadi pegangan kebijakan dan komitmen bersama terkait pengendalian perubahan iklim di NTT.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi NTT,  Ganef Wurgiyanto yang hadir dan membuka workshop dimaksud mengapresiasi dan berterima kasih terhadap akan apa yang sudah dilakukan oleh Yapeka.

” Terima kasih, Yapeka telah melakukan kegiatan sederhana yang tidak disadari orang ini namun sangat berdampak. Tanpa kita sadari bahwa setiap hari kita menghasilkan emisi gas lewat kendaraan yang kita gunakan. Hal ini berdampak buruk pada kualitas hidup (kualitas oksigen, red) dan kerusakan lingkungan, ” ungkap Ganef.

Menurutnya, workshop tersebut mengingatkan dan mengajak semua pihak untuk berpikir bagaimana memitigasi supaya kondisi kerusakan- kerusakan lingkungan itu dari awal disadari dan dapat dilakukan tindakan nyata agar kerusakan yang lebih parah dapat diminimalisir bahkan tidak terjadi.

Senada dengan Ganef, Chief Executif Officer ( CEO) Yapeka Akbar Ario Digdo yang juga merupakan salah satu dari tiga nara sumber yang ada, menekankan bahwa di NTT terdapat kearifan-kearifan lokal yang dikembangkan dan dipraktekkan oleh masyarakat untuk dijadikan model dalam pengendalian perubahan iklim.

“Pengetahuan tradisional masyarakat adat komunitas dapat menjadi kunci terhadap banyak solusi berbentuk lokal untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di tingkat lokal, dan dapat replikasi dan amplifikasi serta memiliki potensi untuk diperluas oleh pemerintah daerah dan nasional, ” Jelasnya penuh optimis.

Pantauan media ini, sejumlah peserta dari berbagai latar belakang yakni pihak pemerintah, LSM, Akademisi, Tokoh Masyarakat dan Media (pentahelix) hadir. Mereka sangat antusias mengikuti workshop tersebut serta didukung oleh koalisi adaptasi.

Kerangka kerja adaptasi perubahan iklim ini penting dalam upaya meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Bahkan upaya-upaya yang dilakukan tersebut tidak lepas dari peran semua pihak.

“Kami berharap, workshop hari ini, dapat menjadi langkah awal komitmen bersama di NTT dalam upaya mengatasi perubahan iklim, ” Pungkas Akbar. (rilis/42na)

Kantor Pusat Kopdit Pintu Air. Foto : Fortuna

%d blogger menyukai ini: