“Selain nilai budaya, adapula cerita sejarah yang luar biasa dengan suku-suku dan perkembangan sejarah kabupaten Alor. Untuk itu, rumah adat ini sangat layak untuk dilindungi, dilestarikan dan dikembangkan”

KALABAHI, fortuna.press – Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur memiliki sejumlah kekayaan cagar budaya yang masih terpelihara hingga kini, namun ada yang tidak dapat diwarisi dan dikembangkan karena beberapa kendala, di antaranya: perkembangan zaman moderen dan material yang semakin langka.
Salah satu cagar budaya yang kini mulai perlahan hilang fisiknya yakni rumah adat Latifui Matalafang yang dikenal dengan konsep rumah adat langit (Fiawati) dan bumi (Fanwati). Rumah adat ini terletak di Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor, masing-masing: Rumah Adat Bumi (Fanwati) dan Rumah Adat Langit (Fiawati).
Kedua konsep rumah adat tersebut merupakan warisan leluhur Suku Abui yang masih hidup dan bertahan di Wilayah Pesisir Pantai Teluk Benlelang. Lokasi ini berjarak 13-an kilometer ke arah Timur dari Kota Kalabahi atau satu kilometer sebelum belok ke arah Perkampungan Adat Takpala.
Bersama kendaraan roda empat atau roda dua dapat menjangkaunya dan berbelok ke arah kanan dari jalan negara Kalabahi – Alor Timur sekitar setengah kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 15 menit dari titik nol Kalabahi Kota.
Tiba disana pengunjung akan berjumpa dengan sebuah perkampungan yang membaur antara rumah gudang adat dan semi moderen. Namun suasana mistis akan lebih terasa ketika memasuki spot yang terdapat Mesba Malikamasang yang di tengahnya ditumbuhi sepohon tumbuhan air (Malika dalam bahasa daerah setempat).
Di samping kiri ada rumah tua suku semi moderen yang dikeramatkan dan di samping kanan terdapat rumah gudang adat bumi (Fanwati) bersama beberapa benda pusaka seperti gong dan moko, kelewang dan aneka motif yang berciri sayur paku.

Kepada media ini, Kepala Suku Yahya Malbiyeti yang adalah cucu dari Bernadus Malbiyeti sebagai pemilik, pendiri mesbah dan gudang adat juga anggota keluarga, Melkius Lema (62) berkisah, bahwa rumah adat bagi salah satu suku Abui ini adalah pasangan rumah gudang adat langit dan bumi.
Namun, pada masa sekarang ini Rumah Adat Langit (Fiawati) sudah tidak dibangun lagi, karena membutuhkan banyak pengorbanan baik material, tenaga maupun dana.
Dikatakan, pada masa nenek moyang dulu sempat dibuat dan masih diingatnya hingga kini, namun karena perkebangan zaman yang cukup lama, maka tertinggal hanya Rumah Adat Bumi (Fanwati) yang sedang ditempati bersama beberapa rumah gudang adat lainnya.
Untuk membangunkannya kembali bisa dilakukan, namun membutuhkan perencanaan dan anggaran yang matang serta kerjasama yang baik dari para anggota suku yang telah menyebar di berbagai tempat.

Rumah adat itu bisa melambangkan mahluk mulia yang turun ke bumi dan gambaran komunikasi ini dilambangkan dengan rumah gudang yang besar dengan enam (6) tiang di dalamnya beserta sejumlah ornamen dan benda pusaka.
Untuk saat ini, rumah gudang adat bumi atau fanwati yang berfungsi dan menjadi sekretariat Kelompok Sadar Wisata Tradisional (Pokdarwis) Matalafang.
Karel Malbiyeti selaku Ketua Pokdarwis Matalafang mengatakan Pokdarwis itu masih memelihara, mengembangkan dan melestarikan tradisi peninggalan para leluhur antara lain aktrasi Budaya dan Ritual adat seperti : Cakalele terima tamu, tarian lego-lego, atraksi tumbuk padi dan pantun, upacara pikul kayu dan orang dan bangun rumah adat.
Ada juga ritual tradisi adat potong kebun suku/ kelompok ( Melang Pining) setiap tahun pada musim berkebun.
Untuk acara-acara tersebut akan dibuat ritus upacara adat sehingga berlangsung hikmat dan sukses serta bermanfaat bagi semua orang yang turut hadir.
Tempat itu kemudian dirintsi menjadi destinasi wisata Matalafang yang dirintis sejak tahun 2002 dan diresmikan oleh bupati Alor saat itu Drs. Ansgerius Takalapeta.
Lasanus Mapada, Perintis Rumah Adat Matalafang, yang juga Anggota DPRD Alor mengakui, bahwa Perkampungan Adat Suku Abui di Matalafang memiliki keunikan yang tidak dimiliki suku lainnya.
Selain nilai budaya, terdapat pula sejarah yang luar biasa dengan suku-suku dan perkembangan Sejarah Alor. Untuk itu, sangat layak untuk dilindungi dan dikembangkan.
Mantan Anggota Polri yang lama bertugas di Kalimantan ini juga sedang membangun sebuah Art Shop khusus untuk souvenir dan Kerajinan Suku Abui yang berlokasi di Blubul, Pingiran Tepi Pantai yang exotis dari Bibir Pantai Teluk Benlelang.

Berkunjung ke Destinasi ini akan menambah wawasan soal budaya dan peninggalan sejarah budaya Abui yang masih tersisah. Ayo, jangan lewatkan wisata budaya ke Matalafang dengan Bentuk dan Corak Rumah Gudang Adat Bumi dan Jangan Lupa membeli souvenir sebagai oleh-oleh kenangan perjalanan Anda bersama orang-orang yang dikasihi. (Aby/42na).