“Launching aplikasi mobile ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan-kegiatan sejak 2022 dalam rangka meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan di NTT tentang resistensi antimikroba “
KUPANG, fortuna.press – Pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur bersama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof.Dr.W.Z.Johannes Kupang melaksanakan seminar penatagunaan antimikroba dan peluncuran inovasi mobile aplikasi ASMARA pada Jumat, 24 November 2023 di hotel Premier Sylvia dan secara zoom.
Kegiatan dimaksud merupakan bagian dari rangkaian perayaan Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia atau World Antimicrobial Awareness Week (WAAW) 2023 yang berakhir Jumat, 24 November 2023.
Adapun pembiayan kegiatan inovasi ini disupport dari Pemerintah Australia melalui skema dana hibah alumni Australia (Australian Alumni Grant Scheme) yang diadministrasikan oleh Australia Award.
”Kegiatan ini, termasuk inovasi pedoman antimikroba digital, didanai oleh Pemerintah Australia melalui skema dana hibah alumni Australia (Australian Alumni Grant Scheme) yang diadministrasikan oleh Australia Award di Indonesia” “ ujar project leader ASMARA, apoteker Thresia Maria Wonga, yang biasa disapa Ria.
Menurutnya, hampir semua fasilitas kesehatan pemerintah rata-rata jarang meng-update guideline. Selain karena minimnya anggaran kesehatan yang disediakan juga karena buku-buku pedoman itu tebal-tebal. Dan biasanya tersedia dalam bentuk e-book yang didapatkan dari perhimpunan seminat.
Apoteker yang bergelar Master Health Economics and Policy dari The University of Adelaide tahun 2020 ini terinspirasi mengembangkan aplikasi pedoman digital.
Launching aplikasi mobile ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan-kegiatan sejak 2022 dalam rangka meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan di NTT tentang resistensi antimikroba.
Seminar penatagunaan antimikroba tahun ini mengambil tema yang sama seperti workshop tahun lalu yaitu “Shining from the East: Superhumans collaborate against super bacteria”.
Apoteker Ria yang sejak tahun lalu terlibat sebagai koordinator pendidikan dan edukasi KPRA RSUD Johannes Kupang dan juga merupakan ketua bidang IT di Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia NTT ini memiliki alasan filosofi tentang tema yang diangkat.
Diharapkan agar sudah saatnya para tenaga kesehatan di NTT berkolaborasi mengurangi timbulnya bakteri super yang terbentuk akibat resistensi. Sudah saatnya nakes NTT bersinar seperti matahari yang bersinar dari ufuk timur.
“Jika semakin banyak infeksi disebabkan oleh Multidrug Resistant Organism (MDRO) atau kuman yang kebal terhadap beberapa antibiotik tadi maka pasti biaya rumah sakitnya akan semakin mahal. Tentunya hal ini akan menjadi beban negara karena kebanyakan rumah sakit masih disubsidi oleh pemerintah” ujar Ria yang memiliki latar belakang ekonomi kesehatan dari Australia dan punya passion terkait isu resistensi antimikroba di Indonesia, terutama di NTT. (tim/rilis/42Na)