“Terima kasih Kopdit Pintu Air Cabang Akkareso Makassar. Karena berkat pinjaman pemberdayaan ekonomi, kedua anak saya sudah lulus sarjana,”

Nasib orang memang tidak bisa menentu. Hari ini bisa nyaman dengan pilihan profesinya tapi esok lusa bisa lain cerita.
Fakta ini dialami, Ruru Mangera, warga Desa Kariango, Kecamatan Tawalian, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
Beberapa tahun lalu, Ia di PHK dari sebuah perusahaan Tambang Batubara di Kalimantan, dan harus menjalani hidup tak menentu selama beberapa bulan disana tanpa ada sandaran hidup yang pasti
Sebagai tulang punggung keluarga dengan tanggungan seorang istri dan 3 orang anak yang mulai dewasa, tentu menjadi beban tak ringan bagi Ruru Mangera ketika bertahan di perantauan pulau Kalimatan
Sambil menunggu kepastian panggilan untuk bekerja lagi yang tidak jelas, Ia dan istri memutuskan untuk kembali ke kampung halaman istrinya di Mamasa, Sulawesi Barat meski belum ada jaminan pekerjaan yang pasti disana
Disana, di Desa Kariango, Mamasa, Sulawesi Barat, mereka lalu mencoba bekerja serabutan. Minimnya modal usaha sebagai seorang pendatang baru menjadi kandala utama ketika mereka ingin membuka usaha kala itu
Tapi apapun kesulitannya, Ruru nekad memulai usaha dari nol. Alasannya pasti, yakni untuk mempertahankan hidup dan meneruskan biaya sekolah anak-anaknya.
Akhir tahun 2018 adalah momentum kebangkitan ekonomi bagi keluarga Ruru Mangera.
Dalam sebuah silaturahmi Natalan, Ia berkenalan dengan Ketua KSP Kopdit Pintu Air Cabang Akkareso Makassar, Petrus Simon dan Ibu Mariam yang saat itu melakukan sosialisasi koperasi di Kabupaten Mamasa.
Pada acara rutin “sosialisasi koperasi di kelompok-kelompok” itu, Ruru pun nekad mengikuti dengan sungguh dan mendapatkan penjelasan tentang program pemberdayaan ekonomi anggota yang selama ini digalakan Kopdit Pintu Air
Tidak menunggu lama. Usai pertemuan, Ia dan istrinya Ibu Anace memutuskan untuk bergabung dengan KSP Kopdit Pintu Air melalui nomor pendaftaran anggota 165.643
Atas saran Petrus Simon dan setelah mendapat pendampingan yang maksimal maka beberapa waktu kemudian Ia dengan mudah mengkases dana pinjaman dari koperasi tersebut untuk mengembangkan usaha peternakan babi selain membiayai uang kuliah ketiga anaknya.
Meski puluhan tahun bekerja diperusahaan tambang batubara, Ia berani banting stir untuk memulai usaha baru “beternak babi”. Dua profesi yang berbeda tapi mulia adanya.
Tidak main-main Ia mengajukan pinjaman pertama senilai Rp 20juta dan disetujui Pengurus dan Manajemen Kopdit Pintu Air Cabang Akkareso Makassar.
Ia sangat bersyukur karena dengan modal itu, usaha ternak babinya awet dan berkembang baik. Semua kebutuhan keluarga dan biaya pendidikan anak tercukupi, angsuran kewajiban koperasi pun lancar hingga selesai
Kini, Ruru mengajukan lagi pinjaman kedua dengan pagu Rp 50 juta untuk usaha yang sama dan uang kuliah anaknya.
“Saya terpaksa pinjam besar Pak karena anak saya mau bayar biaya ujian di PIP. Besar sekali uang sekolahnya, tapi mau bagaimana lagi karena setelah selesai ujian anak saya akan berlayar,” ujar Ruru saat itu sebagaimana dituturkan Petrus Simon, Ketua Komite Pintu Air Cabang Akkareso Makassar kepada www.fortuna.press, Senin, (22/2).
Ia sangat berterima kasih karena setelah 2 tahun lebih bergabung dengan Pintu Air dan mendapatkan pinjaman usaha tersebut akhirnya kedua anaknya telah lulus menjadi sarjana.
“Terima kasih kepada KSP Kopdit Pintu Air Cabang Akkareso Makassar. Karena berkat pinjaman pertama, kedua anak saya sudah lulus sarjana,” ungkap Ruru polos.
Saat ini pinjaman kedua senilai Rp 50 juta sudah berjalan dan usahanya pun berkembang baik. Sementara anaknya yang ketiga dalam tahap akhir kuliah dan akan bekerja di kapal setelah ujian.
Dia yakin pinjaman kedua itu bisa diangsur dengan baik, lancar dan anaknya yang ketiga juga bisa sukses dalam studinya dan bisa bekerja.
“Semoga pinjaman kedua ini saya bisa mengangsur dengan baik. Kalau anak saya sudah berlayar pasti saya akan lunasi secepatnya,” ungkapnya lirih. (tim/42na)