TAMBOLAKA, fortuna.press – Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi NTT, Noldy Hosea Pelokilla, S.Sos, MM mengatakan kegiatan Pelatihan dan Bimtek Pengolahan Kopi dan Mete di Tambolaka Kabupaten Sumba Barat Daya adalah bagian dari cara pemerintah memperbanyak pelaku ekonomi kreatif (Ekraf) mengelola potensi daerahnya searah program One Village One Product (OVOP) yang diluncurkan Gubernur Melki Laka Lena dan Wakil Gubernur Johni Asadoma.
Adapun peserta pelatihan adalah 40 warga dan pelaku UMKM dari 4 Desa di Sumba Barat Daya, digelar di Hotel Sinar Tambolaka Kamis- Sabtu, 16-18 Oktober 2025 yang mengadirkan sejumlah narasumber praktisi kopi, mete dan pengusaha yang bergerak dibidang manajemen usaha, bisnis dan juga pengembangan ekraf.
Ketika menutup kegiatan pelatihan pada Sabtu, 18 Oktober 2025, Noldy berharap peserta dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pelatihan dan bisa menjadi menjadi calon pengusaha yang bisa mengembangkan aneka produk ekraf berbasis lokal semisal kopi dan mete.
Pelatihan serupa katanya juga sudah di gelar di Lelogama Kabupaten Kupang, di Ende Flores dan akan digelar juga di Kabupaten Timor Tengah Utara dalam beberapa waktu kedepan.
“Saya harap UMKM dari empat desa ini bisa menjadi pionir untuk membangkitkan ekonomi kreatif di wilayahnya masing-masing,” ajak Noldy
Ekonomi kreatif, kata dia, adalah tulang punggung pembangunan di era modern, yang sangat relevan untuk Kabupaten SBD. Hal ini dikarenakan SBD memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekonomi kreatif, mulai dari wisata budaya, kerajinan, kuliner, hingga desain.
Baginya Bimtek membantu para peserta untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan bersaing di pasar yang lebih luas. Tujuannya tentu ada kolaborasi antarpelaku ekonomi kreatif untuk menciptakan sinergi dan ekosistem yang lebih kuat di SBD terutama tujuan utama One Village One Product (OVOP) sebagaimana program unggulan pemrov NTT.
“OVP Ini program unggulan pemerintah provinsi NTT dibawah pimpinan Gubernur Melki Laka Lena dan Wakil Gubernur Johni Asadoma. Kiranya kopi dan mete yang dilatih ini bisa menjadi produk yang dapat dipasarkan dan memberi peningkatan pendapatan bagi masyarakat,” tandasnya
Noldy lagi-lagi mendorong para peserta dapat mengembangkan ketrampilan dan inovasi tersebut dalam membuka usaha baru ditempat masing-masing.
“Tentu ada pemahaman baru tentang strategi pengemasan, branding, dan pemasaran produk; Jaringan dan potensi kolaborasi dengan pelaku usaha lain; ada motivasi dan bekal pengetahuan untuk memulai atau mengembangkan usaha ekonomi kreatif berbasis kopi dan mete, ujar Noldy
Dia berharap, hasil dari kegiatan ini mampu memperkuat posisi kopi dan mete sebagai produk unggulan Nusa Tenggara Timur, sekaligus memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat desa.

Terimakasih Telah Memilih SBD
Pelatihan dan Bimtek pengolahan kopi dan mete yang digelar oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi NTT tersebut dibuka oleh Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kabupaten SBD sekaligus Plt.Kadis Pariwisata SBD, Christofel Horo, SH, dihadiri oleh Kabid Destinasi dan Industri Pariwisata Disparekraf NTT Wihelm A. Hermanus,ST, MSi, para narasumber dan peserta.
Adapun sejumlah narasumber yang hadir dan berbagi pengetahuan saat itu yakni Desiyanti Karlina Jacob selaku pengiat/pelaku Kopi; William Fangidae selaku praktisi bidang ekonomi kreatif; Mariana Noda Ngara dan Vincensia Binaisuri selaku komunitas Mete serta sejumlah profesional lainnya.
Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kabupaten SBD, Christofel Horo, SH menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi NTT yang telah memilih SBD sebagai lokus kegiatan pelatihan dimaksud.
Dia yakin kegiatan tersebut sangat produktif untuk masyarakat kabupaten SBD dalam mengembangkan aneka potensi pertanian lokal menjadi produk turunan yang bernilai lebih dan selaras kebutuhan pasar
Dia juga meminta para peserta untuk selanjutnya dapat menekuni usaha dan memanfaatkan bantuan peralatan yang diberikan untuk kepentingan pengembangan di unit usaha masing-masing.

Pesan dan Kesan Peserta
Alex Malo Bulu dan Yuniarti, dua dari 40 peserta kegiatan itu kepada www.fortuna.press mengemukakan pesan dan kesan mereka selama mengikuti kegiatan tersebut.
Mereka bahkan bersemangat menjadikan kopi dan mete SBD sebagai bahan baku yang bisa diolah menjadi produk turunan yang bernilai lebih, produktif dan juga lebih ekonomis kedepan.
Alex Malo Bulu saat itu berterima kasih karena selama 3 hari mereka diberikan materi praktek dan pendampingan langsung tentang cara pengolahan kopi dan mete menjadi bernilai lebih.
“Kegiatan ini sangat berkesan, kami akan bawa pulang ilmu dari sini tetapi kami mohon tetap dukung kami agar dapat berjalan terus. Kami berharap Pemerintah Provinsi and kabupaten SBD tetap memperhatikan mendampingi kami di desa sehingga menjadi pengusaha kopi dan mete yang profesional,” ujar Alex
Sementara Yuniarti, menyampaikan terima kasih kepada pemerintah yang telah memberi ruang bagi dirinya untuk mengikuti pelatihan dan berjalan lancar sampai selesai tanpa hambatan.
“Bersyukur selama 3 hari melatih kami cara pengelolaan kopi dengan baik yang biasanya kami hanya sangrai sampai hitam dan tumbuh atau giling langsung diminum. Sekarang dengan pelatihan ternyata kita bisa melihat ada sentuhan lebih dari sisi teknik dan varian rasa sehingga lebih menguntungkan pula. Ini bagus,” ujarnya
Yuniarti berterima kasih kepada pemerintah provinsi dan Pemkab SBD yang telah membimbing kami dari awal sampai selesai. Harapan mereka tentu dapat pula mempromosikan hasil usaha mereka agar dapat dikenal di kalangan luas. (Tim/42na)



