Saturday, July 12, 2025
spot_img
More

    Latest Posts

    25 Tahun Melayani Umat, Stasi St.Petrus Manulai II Ditetapkan Uskup Agung Kupang Menjadi Kuasi Paroki

    Gereja St. Petrus Manulai. Foto : Ist

    KUPANG, fortuna.press – Momentum perayaan syukur 25 tahun Gereja Katolik Stasi St. Petrus Manulai II ditandai dengan tonggak sejarah penting. Uskup Agung Kupang, Mgr. Hironimus Pakaenoni, Pr, menetapkan Stasi ini sebagai Kuasi-Paroki pada Misa Hari Raya Tritunggal Mahakudus, Minggu (15/6/2025).

    Keputusan tersebut diumumkan secara resmi oleh Sekretaris Jenderal Keuskupan Agung Kupang, RD. Erick Fkun, yang membacakan Keputusan Uskup Agung Kupang Nomor: 1/Keuskupan Agung Kupang/VI/2025 di hadapan ribuan umat dan para undangan.

    Dengan demikian, Stasi St. Petrus Manulai II kini resmi menyandang status Kuasi-Paroki dan memiliki kewenangan pastoral lebih luas di bawah Keuskupan Agung Kupang. Kabar kenaikan status ini disambut dengan tepuk tangan bahagia umat.

    Perayaan 25 tahun berdirinya Stasi ini dan misa syukur yang dipimpin langsung oleh Uskup Agung Kupang, Mgr. Hironimus Pakaenoni, Pr, itu dihadiri ribuan umat serta tokoh masyarakat.

    Perayaan ini bukan sekadar seremoni, tetapi menjadi momen reflektif bagi seluruh umat atas perjalanan panjang stasi yang dimulai dari komunitas kecil, hingga kini tumbuh menjadi persekutuan iman yang hidup dan berdampak.

    Dalam sambutannya, Mgr. Hironimus menekankan bahwa apa yang telah dicapai oleh umat Stasi St. Petrus Manulai II selama 25 tahun ini bukan semata karena kemampuan manusia, melainkan karena kasih dan rahmat Allah.

    “Hari ini kita bersyukur atas rahmat istimewa yang kita alami sebagai satu persekutuan umat beriman. Ini bukan semata-mata kekuatan dan kelebihan manusia, tetapi semuanya merupakan berkat dan rahmat dari Allah Tritunggal Maha Kudus,” ujar Mgr. Hironimus dikutip dari BentaraNusantara.com

    Ia menjelaskan bahwa gereja bukan dibangun dari keseragaman, melainkan dari keberagaman yang disatukan dalam cinta.

    “Allah telah memanggil kita dari berbagai penjuru, dengan latar belakang berbeda, lalu membentuk satu persekutuan. Itulah hakekat gereja: persekutuan kasih yang bersumber dari Allah Tritunggal,” tambahnya.

    Uskup juga mengajak umat untuk terus merawat semangat kebersamaan dan memperkuat relasi antara gereja dan masyarakat.

    “Kehadiran para tokoh dan pemerintah hari ini menjadi indikator bahwa hubungan antara gereja dan masyarakat selama ini dibangun secara harmonis dan kolaboratif, demi kebaikan bersama,” tandasnya.

    Uskup Agung Kupang, Mgr. Hironimus Pakaenoni,Pr dan Vikjen disambut umat di halaman gereja, Minggu, 15 Juni 2025. Foto : Ist

    Inspirasi Dari Teras Rumah ke Gereja Megah

    Sekretaris Daerah Nusa Tenggara Timur yang turut hadir dalam perayaan ini menyampaikan apresiasinya atas perjuangan umat Stasi Manulai II yang dinilainya inspiratif dan patut diteladani.

    “Membaca dan mendengar kisah awal berdirinya Gereja ini seperti membuka album kenangan yang penuh pilu, tetapi juga penuh semangat dan harapan,” ujarnya.

    Ia mengisahkan bahwa perjalanan stasi ini dimulai dari Kelompok Umat Basis (KUB) Santa Petra tahun 1997 dengan hanya 23 Kepala Keluarga (KK), dan kini tumbuh menjadi komunitas yang hidup dengan 11 KUB dan lebih dari 1.400 umat.

    “Mulai dari misa di teras rumah, kapela darurat yang lapuk, hingga umat bergotong-royong mengangkut batu dan pasir—kisah ini bukan hanya soal fisik, tetapi kisah iman dan ketekunan,” tegasnya.

    Sebagai pemerintah, lanjutnya, mereka melihat gereja sebagai mitra moral dan sosial.

    “Gereja Stasi ini menunjukkan bahwa iman bisa mengubah wajah masyarakat. OMK yang kreatif, WKRI yang setia, misdinar dan Sekami yang jadi harapan masa depan—semua jadi bukti gereja ini hidup,” pungkasnya.

    Terima Kasih Untuk Semua Pihak

    Ketua Panitia Perayaan 25 Tahun, Vincent Mone, dalam sambutannya menegaskan bahwa momen ini bukan hanya untuk bernostalgia, tetapi untuk meneguhkan komitmen pelayanan ke depan.

    “Tema besar kita adalah Bersyukur, Bertumbuh, dan Menjadi Berkat. Ini bukan sekadar slogan, tetapi refleksi dari perjalanan panjang stasi kita selama 25 tahun,” kata Vincent di hadapan Uskup, para imam, dan umat.

    Ia menekankan bahwa syukur yang sejati harus diwujudkan dalam keterlibatan aktif dan pelayanan yang berkelanjutan.

    “Kita bersyukur karena di tengah tantangan ekonomi, sosial, budaya, Tuhan tetap pelihara stasi ini. Tapi syukur itu mendorong kita untuk tidak berhenti melayani,” tambahnya.

    Menurut Vincent, pertumbuhan stasi tidak cukup diukur dari jumlah umat atau fisik bangunan, tetapi dari kualitas iman dan kasih antarumat.

    “Menjadi berkat itu bukan sekadar memberi, tapi menjadi pribadi yang membawa damai, keluarga yang saling mengasihi, dan umat yang peduli pada yang kecil dan tersisih,” ucapnya penuh semangat.

    Vincent juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, termasuk Uskup, para imam, panitia, donatur, dan umat.

    “Perayaan ini adalah buah kerja sama kita semua. Semoga menjadi motivasi untuk terus melayani dan mewariskan semangat ini ke generasi berikut,” katanya, lalu menutup dengan pantun kenangan: “Dulu misa di teras rumah, kini di gereja yang megah dan ramah. Umat dulu hanya segelintir, kini jadi komunitas yang tak lagi terusir.”

    Usai misa, umat mengikuti resepsi sederhana namun penuh sukacita. Paduan suara, tarian daerah, hingga kidung pujian dari kelompok kategorial turut menyemarakkan acara. (BentaraNusantara.com/42na)

     

    Latest Posts

    spot_imgspot_img

    Don't Miss

    Stay in touch

    To be updated with all the latest news, offers and special announcements.