Saturday, July 12, 2025
spot_img
More

    Latest Posts

    Analisis Kinerja Bank NTT dan Strategi Penguatan Modal

    Oleh: Wilhelmus Mustari,SE.,M.Acc (Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Katolik Widya Mandira), Mahasiswa Program Doktor Ilmu Akuntansi Universitas Brawijaya Malang

    Bank NTT (PT. BPD NTT), adalah salah satu dari 4 jenis BUMD yang dikelola Pemerintah Daerah Provinsi NTT. Tiga lainnya, yakni PT Jamkrida NTT, PT Flobamor, dan PT KIB.

    BUMD ini diperoleh melalui aktivitas pembiayaan guna mendukung upaya Pemerintah Daerah (Pemda) meningkatkan penerimaan daerah (PAD) melalui pos Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Oleh karena itu, tata kelola yang baik sangat urgen dalam mendorong meningkatkan kinerja pengelolaan BUMD.

    Misalnya, untuk Bank NTT, berdasarkan data publikasi dalam Laporan Tahunan Bank Nusa Tenggara Timur (NTT), per 31 Desember 2024, kita dapat melihat potret perkembangan kinerja, sehingga dapat diberikan analisis yang relevan terkait gambaran kinerja Bank NTT, antara lain:

    Kinerja Keuangan Bank NTT 2024

    Aspek Positif:

    • Profitabilitas meningkat signifikan: ROA naik 104,62% menjadi 1,33% dan ROE naik 2,50% menjadi 7,45%, menunjukkan peningkatan kemampuan menghasilkan laba dari aset dan ekuitas.
    • NIM (Net Interest Margin) naik menjadi 6,5%, mengindikasikan peningkatan efisiensi pengelolaan aset produktif.
    • Rasio kecukupan modal (CAR) yang kuat sebesar 27,05% (naik 1,70%), jauh diatas ketentuan minimum regulator.
    • CASA meningkat menjadi 54,86% (naik 7,97%), menunjukkan peningkatan dana murah yang positif untuk margin bunga.

    Aspek Yang Perlu Perhatian:

    • Penurunan total aset sebesar 5,14% dan dana pihak ketiga sebesar 7,04% menunjukkan tantangan dalam penghimpunan dana.
    • Komposisi kredit didominasi konsumtif: Kredit konsumsi naik 13,30%, sementara kredit produktif (modal kerja dan investasi) turun drastis (-37,14% dan -44,28%).
    • Peningkatan NPL menjadi 3,44% (naik 0,57%) perlu diwaspadai meskipun masih di bawah threshold regulasi 5%.
    • LDR yang tinggi (106,50%) mengindikasikan ketergantungan berlebih pada kredit dibanding pendanaan.
    • Rasio BOPO naik menjadi 87,28%, menunjukkan penurunan efisiensi operasional dibandingkan tahun 2023 sebesar 91,25 %. Namun, pencapaian ini belum dianggap efisien jika dibandingkan dengan pencapaian di tahun 2020-2022 pada kisaran rata-rata 80%. Efisiensi operasional perlu ditingkatkan lagi untuk mengatasi kenaikan BOPO.

    Isu Penguatan Modal Inti

    Terkait kerjasama usaha bersama (KUB) Bank NTT dengan Bank Jatim untuk pemenuhan modal inti minimum Rp3 Triliun sesuai Peraturan OJK Nomor:12/PJOK.03/2020, ada beberapa kondisi:

    1. Adanya keterlambatan implementasi: Meskipun telah disepakati pada RUPS (16 November 2024) dan tindak lanjut telah ditandatangani oleh direksi (16 Desember 2024), hingga Mei 2025 belum tercermin dalam neraca Bank NTT.
    2. Kemungkinan penyebab keterlambatan:
      • Proses persetujuan/perizinan dari regulator (OJK) yang masih berlangsung
      • Kompleksitas teknis dan legal dalam penyelesaian transaksi
      • Evaluasi due diligence yang memerlukan waktu lebih lama
      • Tantangan dalam valuasi saham dan struktur kepemilikan
    3. Implikasi pengakuan nilai saham:
      • Penyertaan modal ±Rp400 miliar dari Bank Jatim seharusnya meningkatkan komponen modal inti Bank NTT
      • Pengakuan kepemilikan saham dapat berupa:
        • Penyertaan minoritas dengan hak terbatas
        • Kepemilikan strategis dengan representasi di manajemen
      • Penting untuk menentukan struktur governance yang menjamin independensi operasional namun tetap mendukung sinergi antar BPD

    Rekomendasi Strategis

    1. Transparansi kepada publik: Bank NTT perlu mengkomunikasikan status proses penguatan modal dan timeline yang diharapkan untuk menghindari spekulasi negatif.
    2. Rebalancing portofolio kredit: Perlu strategi untuk meningkatkan kredit produktif (modal kerja dan investasi) demi mendukung perekonomian daerah.
    3. Penguatan penghimpunan dana: Strategi untuk menumbuhkan DPK kembali mengingat penurunan signifikan pada 2024.
    4. Pengelolaan NPL: Perlu perhatian pada kualitas kredit untuk mencegah peningkatan NPL lebih lanjut.
    5. Efisiensi operasional: Upaya menekan BOPO untuk meningkatkan profitabilitas.

    Kesimpulan

    Meskipun Bank NTT menunjukkan peningkatan profitabilitas, terdapat tantangan struktural yang perlu diatasi terutama terkait penurunan aset dan DPK serta komposisi kredit yang didominasi konsumtif. Keterlambatan implementasi KUB dengan Bank Jatim perlu segera diselesaikan dan dikomunikasikan secara transparan kepada stakeholders untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum dan memperkuat fundamental Bank NTT sebagai motor penggerak ekonomi daerah.(*

     

    Latest Posts

    spot_imgspot_img

    Don't Miss

    Stay in touch

    To be updated with all the latest news, offers and special announcements.