“Kami ingin momen bahagia ini dapat pula mengedukasi generasi muda Maumere, ayo cintai musik tradisional dan pakaian adat daerah kabupaten Sikka,” ujar pasangan Charlos & Astrid
KUPANG, fortuna.press – Tibalah hari yang indah dan membahagiakan itu, Jumat, 29 September 2023. Saat dimana kisah cinta Charlos dan Astrid menemui titik paripurna. Keduanya menikah di Gereja Santa Familia Keuskupan Agung Kupang.
Hikmat, bahagia, indah dan cukup semarak. Itulah kesan yang bisa terungkap dari prosesi perjalanan cinta dua insan ini menuju hari pemberkatan. Rangkaian acara nampaknya ditata apik, well organized dan syarat kesan budaya daerah.
Ya maklum saja, Charlos dan Astrid adalah pasangan muda-mudi asal kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Mereka memilih acara bahagia mereka dirayakan dengan kesan yang unik, edukatif dan tentunya menghibur. Tema budaya terasa begitu kuat meski jarang dilakoni anak muda masa kini.
Nong Charlos dan Nona Astrid mengikrarkan cinta mereka berdua didepan altar Tuhan dengan kudus, hikmat dan penuh syukur. Pasangan ini pun saling menerimahkan sakramen pernikahan dihadapan imam konselebrantes, orangtua, bapa mama saksi, rekan kerja dan umat yang memenuhi gedung gereja Santa Familia yang diresmikan oleh utusan Vatikan Mgr. Stanislaw kala itu.
Menariknya, rundown acara disiapkan sangat apik dan terlihat full nuansa budaya mulai dari tarian dan musik tradisional gong waning sebagai pengiring dari rumah pengantin menuju gereja, petugas lituri hingga selebrasi pelepasan balon dan burung merpati di halaman gereja usai Misa Pemberkatan oleh Imam.
Selebrasi pelepasan balon dan burung merpati di halaman Gereja Santa Familia Sikumana Keuskupan Agung Kupang itu sebagai simbol kesetiaan dan kebahagian mereka dalam mengarungi rumah tangga baru.
Ya harus diakui, prosesi pernikahan pasangan dengan nama lengkap Charolus Luanga Saka, S.IP.,M.Tr.I.P dan Yustina Lastri Lokang, S.E., M.M cukup menyedot perhatian publik.
Sebagai seorang generasi muda nian tanah Sikka, Charlos yang adalah seorang ASN muda di lingkup Pemkab Sikka ini tampil total bersama pengantin wanita pujaan hatinya. Mereka seakan menjadi duta budaya dari bumi nyiur melambai itu.
Sebelumnya, pasangan ini menggelar prosesi diiringi musik khas gong waning serta tarian tradisional dari Sanggar Mapitara Kupang dari rumah pengantin pria ke pengantin wanita menuju gereja untuk mengikuti prosesi Pemberkatan Nikah.
Selain proses pernikahan yang disemarakan tabuan musik daerah gong waning, mereka pun memilih kostum daerah kabupaten Sikka dalam corak Kimang di acara resespi pernikahan yang digelar di Hotel Cahaya Bapa Ballroom Kupang.
Charlos mengenakan lipa, kain sarung prenggi dengan baju merah maron dibalut sembar (selendang) dan lensu (destar) yang begitu gagah perkasa dengan gelang gading ditangan. Disampingnya Ia mengapit Astrid yang nampak cantik elegan dengan utan (sarung) warna sepadan, labu (baju) kuning yang menggoda dilengkapi aksesoris gelang, dong dan tak lupa rambut yang dilegen (sanggul) khas nona Maumere.
Adapun sosok yang terlibat aktif dalam mendandani pasangan ini sesuai tata cara fashion adat orang Maumere yang didatangkan khusus dari Maumere ke Kupang yakni Maria Xaverian Du’a Riong dibantu Fransiska Du’a Ota. Mereka dua mampu menyulap wajah tampan Charlos dan Astrid menjadi lebih cantik nan anggun
Praktis, keduanya disambut bagaikan raja dan ratu dengan tarian hegong dan soka papak persembahan dari Wilfrid dan tim seni kreasi dari Sanggar Mapitara Kupang, mengantar pasangan ini memasuki pelaminan untuk menggelar syukuran bersama keluarga dan handaitaulan saat itu.
Baik Charlos dan Astrid tidak bisa menutupi kebahgiaan mereka. Pun keduanya nampak anggun dengan padupadan fashion lokal Sikka yang memang apik dan cerah ceriah. Standing Aplaus hadirin membahana seisi ballroom Cahaya Bapa Hotel Kupang menyambut raja dan ratu semalam itu.
Budaya Jadi Pedoman Hidup
Sekilas Charlos berkisah bahwa pilihan tema pernikahan yang syarat budaya daerah kabupaten Sikka itu dilatarbelakangi oleh keinginan mereka berdua melestarikan dan memberikan edukasi akan pentingnya seni budaya daerah bagi generasi muda.
Itulah sebabnya Charlos dan Astrid ingin benar-benar mengabadikan dan memadukan momentum bahagia mereka dalam nada inkulturasi budaya dan ritus gerejawi.
Menurut Charlos, budaya sejatinya adalah akar dari segala nilai dan pedoman hidup yang pantang untuk didegradasi untuk kepentingan apapun.
“Persoalan-persoalan sekarang ini yang terjadi di kabupaten Sikka seakan melupakan budaya tradisi yang memang sebagai akar untuk dilestarikan dan dikristalisasikan, “ ujarnya
Kurangnya pelestarian dan memaknai tradisi budaya dalam kehidupan sehari-hari ini kemudian berdampak pada munculnya berbagai persoalan hidup yang sebenarnya adalah buah dari tidak menghargai budaya atau tradisi yang telah diwariskan oleh leluhur.
Salah satu filsafat daerah seperti “letung lawang” (tutur bahasa adat Sikka) yang punya makna kuat dan pesan moril dan sosial yang bisa dinyanyikan dengan “Leke” serta iringan gong waning mulai pudar saat ini. Generasi hari ini mulai lupa” Katanya.
Soal penyertaan Gong Waning dan tarian tradisional menjadi Icon dalam acara tersebut, Charlos yang adalah pelatih salah satu sanggar di Maumere ini mengatakan bahwa dirinya tidak ingin Sanggar tradisional tersebut hanya berperan sebatas pendukung acara tetapi menjadi pusat perhatian untuk orang yang punya semangat dan kreatifitas dalam mempersembahkan sebuah karya.
“Mengapa pernikahan kami konsepnya budaya, karena kami ingin melestarikan tradisi adat budaya Maumere walaupun masih terbatas. Kami ingin momen ini dapat mengedukasi khususnya generasi muda, ayo cintai musik tradisional dan pakian adat tradisional,” ajaknya.
Dia juga mengingatkan tentang pentingnya literasi budaya. “Dan yang paling penting adalah menulis, terus promosikan, membeda buku serta mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari.” ujar Charlos yang juga adalah pejabat di kantor Bapelitbang Kabupaten Sikka ini
Malam resepsi pernikahan Charlos dan Astrid diawali dengan prosesi pernikahan purna praja sebagaimana tradisi para alumni kampus IPDN.
Pantauan fortuna.pres, pasangan pengantin ini kemudian mengganti kostum dan mengenakan busana “kimang” (pakian adat kabupaten Sikka) selanjutnya diarak masuk dengan iringan tarian taradisional dan musik gong waning dari Sanggar Mapitara.
Turut hadir, Penjabat Gubernur NTT, Ayodhia G. L. Kalake, SH, MDC, anggota DPR RI Melkias Markus Mekeng, Kepala BAPELITBANG Sikka, Margaretha Movaldes Da Maga Bapa, ST, M. Eng serta tamu undangan lainnya.
Beberapa undangan yang hadir memberi apresiasi atas keputusan pasangan muda ini mengenakan pakian adat kabupaten Sikka ini di hari bahagia mereka.
“Luar biasa, kita senang, bangga dan bahagia bisa menyaksikan pasangan ini tampil anggun dengan pakaian adat Maumere dan juga prosesi yang kental nuansa budaya lokal kabupaten Sikka. Doa kita mereka bahagia,” ujar Siska salah satu wakil undangan. (Wilfrid/42na)