Fortuna

Geliat Pariwisata NTT Dalam Sentuhan Gubernur Viktor Laiskodat

“Menuju pariwisata estate maka harus ada perubahan pola pikir masyarakat NTT bahwa pengelolaan destinasi wisata tidak semata-mata untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tetapi lebih mengedepankan peningkatan ekonomi masyarakat”

Wisatawan menikmati pesona budaya di kabupaten Alor. Foto ; Fortuna

Kepemimpinan duet Gubernur Viktor Laiskodat dan Wagub Josef Nae Soi, yang populer dengan tagline “NTT Bangkit, NTT Sejahtera”, telah memasuki tahun keempat. Geliat pembangunan pun mulai nampak nyata hasilnya, meski belum sempurna. Infrastruktur hampir purna dibenahi. Hampir rampung. Pariwisata pun ditata apik, meski belum semuanya. Semua capaian itu dibentangkan blak-blakan di saat NTT merayakan HUT ke-63, 20 Desember 2021.

Kendati wilayah NTT diderah pandemi covid-19, namun geliat pariwisata NTT tak redup. Terus digenjot untuk menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi bagi rakyat. Pariwisata sebagai lokomotif pembangunan ekonomi NTT, yang menarik gerbong ekonomi lainnya. Nah, bagaimana geliat pariwisata itu digerakan oleh Victory-Joss hingga di tahun keempat kepemimpinannya?

Diawal tahun 2022, 3 tahun 4 bulan sudah kepemimpinan pasangan Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josef Adrianus Nae Soi. Dua putera NTT di Jakarta yang memilih kembali ke NTT dengan sejuta komimtmen dan mimpi besar menjadikan NTT sebagai Provinsi yang mampu keluar dari stigma daerah tertinggal dalam berbagai aspek (daerah 3T).

Keduanya menetapkan pariwisata sebagai penggerak ekonomi masyarakat NTT, dan selama 3 tahun ini bukanlah hal mudah mewujudkannya, terutama dalam tahun kedua pemerintahan mereka, saat dunia diterpa Pandemi Covid dan Seroja.

Namun upaya pemerintah Provinsi NTT walau tidak pesat mulai menampakkan dampak dan kemajuan dari komitmen gubernur yang ingin menjadikan pariwisata sebagai prime mover (penggerak) perekonomian masyarakat dan sistem tata kelola pariwisata berbasis masyarakat.

Pada moment perayaan HUT NTT ke-63 tahun 20 Desember 2021, Gubernur Viktor Laiskodat mengatakan, akibat melandainya kasus penularan covid-19, maka ekonomi NTT berangsur pulih sebagaimana tercermin pada kinerja perekonomian triwulan III 2021 dengan pertumbuhan ekonomi 2,37 persen, lebih baik dibanding triwulan I sebesar 0,12 persen, meski lebih rendah dari triwulan II, 4,33 persen. Salah satu sektor pemicu pertumbuhan ekonomi NTT adalah pariwisata. Segmen ini mulai tumbuh perlahan setelah pemberlakuan new normal sejak Juni 2020 dan pada 2021 dilakukan pencabutan PPKM Level 3 di hampir semua wilayah kabupaten/kota yang memiliki destinasi wisata.

Pesona Pantai Liman di Pulau Kabupaten Kupang. Foto : Tammy Nugroho.

Sebagai provinsi dengan wilayah kepulauan, NTT memiliki potensi pariwisata yang luar biasa kaya, walau juga menjadi sektor yang paling terdampak pandemi covid-19 ini.

Namun sejak pertengahan Juni tahun 2020, Pemerintah Provinsi NTT dengan didukung para pelaku industri pariwisata telah melakukan suatu loncatan yang berarti dengan memanfaatkan gerakan new normal untuk mengaktifkan kembali pariwisata NTT sebagai langkah awal untuk pemulihan.

Website Promosi Pariwisata

Selain pembangunan infrastruktur pendukung di wilayah destinasi wisata dan di obyek pariwisatanya, pemerintah provinsi NTT melalui Dinas Pariwisata NTT membuka website promosi pariwisata lengkap dengan informasi destinasi dan potensi pariwisata andalan NTT, menggelar pameran ekonomi kreatif (Ekraf) dengan  melibatkan UMKM pelaku pariwisata. Pemprv NTT juga mengajak partisipasi masyarakat dalam pengelolaan destinasi wisata antara lain membangun homestay atau kamar di rumah warga untuk ditempati wisatawan dengan dibiayai pemerintah, melatih warga memiliki jiwa, atitude dan managemen pariwisata, memberi pelatihan managemen usaha pariwisata dan akses modal usaha pariwisata

Lewat platform digital promosi pariwisata, pemerintah NTT berharap dapat mendatangkan wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Bahwa pariwisata NTT sudah siap untuk menerima kunjungan, dengan berbagai upaya memberi jaminan keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan melalui penerapan protokol kesehatan yang ketat, namun tidak mengurangi unsur pleasure atau kesenangan.

Wisatawan mancanegara menikmati suguhan atraksi bidaya di Sanggar Bliran Sina, Kabupaten Sikka. Foto : Ist

Komitmen pemerintah NTT di tahun 2021 dan berharap pada tahun 2022  pariwisata NTT sudah benar-benar pulih dan normal sebagaimana mestinya bahkan mengalami lonjakan.

Pemerintah kabupaten/kota bersama pemerintah provinsi NTT, melalui intervensi program dan kegiatan yang ada juga diharapkan ikut mendukung pelaku industri pariwisata agar dapat bertahan dan produktif dalam kondisi ini.

Upaya lain Pemprov NTT adalah menjamin ketersediaan rantai pasok atau supply chain demi menunjang pariwisata secara mandiri dengan mengurangi pasokan dari luar NTT. Pemerintah mendorong ketersediaan bahan baku, khususnya dari sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan yang berbasis industri dan perdagangan.

Menyediakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penciptaan keamanan dan kenyamanan, termasuk ketersediaan sarana dan prasarana pendukung dari segi higyenis, seperti ketersediaan dan kelayakan toilet, air bersih dan manajemen persampahan yang baik.

Pariwisata Estate

Salah satu langkah percepatan pembangunan pariwisata di NTT yakni dengan mengembangkan pariwisata estate berbasis komunitas. Melalui pendekatan ini Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur gencar melakukan penataan destinasi wisata unggulan NTT, meliputi pembangunan infrastruktur penunjang berupa homestay, cottage dan restaurant pada tujuh lokasi pariwisata estate, yaitu Pantai Liman, Kabupaten Kupang; Desa Wolwal, Kabupaten Alor; Mulut Seribu, Kabupaten Rote Ndao; Lamalera di Kabupaten Lembata; Koanara di Kabupaten Ende; Fatumnasi di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Pramaidita di Kabupaten Sumba Timur.

Ketujuh destinasi pariwisata estate tersebut semuanya telah diresmikan pada pertengahan tahun 2021. Pemerintah daerah di ketujuh destinasi pariwisata estate tersebut diharapkan berupaya meningkatkan kolaborasi dengan Pemerintah Provinsi NTT serta mempersiapkan masyarakat dalam rangka kesinambungan pengelolaannya.

Menuju pariwisata estate maka harus ada perubahan pada pola pikir masyarakat NTT bahwa pengelolaan destinasi wisata tidak semata-mata untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tetapi lebih mengedepankan peningkatan ekonomi masyarakat. Dengan telah tersedianya sarana prasarana penunjang di 7 (tujuh) lokasi destinasi wisata tersebut, maka tugas pemerintah kabupaten setempat adalah menyediakan infrastruktur penunjang lain, seperti jalan, air bersih, listrik dan komunikasi, serta memfasilitasi dan memberikan pendampingan kepada masyarakat untuk menjadi pemilik atas obyek wisata tersebut.

Kampung Adat Ratenggaro Sumba. Foto : ist

Upaya lain adalah memperbanyak atraksi atau festival yang disertai dengan narasi-narasi yang memikat wisatawan, serta kreatif menghadirkan produk lokal setempat dengan kualitas terbaik, menarik dan memiliki cita rasa serta nilai ekonomi yang tinggi.

Walau masih belum sempurna, namun dalam 3 tahun kepemimpinan Victory-Joss, upaya-upaya tersebut sudah dilakukan dengan penyediaan jalan, listrik dan air.

Wakil Gubernur Josef Nae Soi juga memaparkan,  hingga akhir tahun 2021, ruas jalan yang sudah dibangun di beberapa wilayah di NTT adalah sepanjang 365,03 km pada tahun 2020 dan 518,62 km di tahun 2021, dari 906 kilometer jalan provinsi yang rusak berat dan ringan. Pembangunan jalan tersebut dengan memanfaatkan sumber pembiayaan dari Pinjaman Bank NTT dan PT SMI, serta Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Program Hibah Jalan Daerah. Dan tersisa 22,35  km jalan yang belum dikerjakan dan akan dituntaskan pada tahun 2022.

Dengan penyediaan sarana utama jalan, diharapkan pengelolaan obyek wisata berbasis masyarakat dapat dilaksanakan, sehingga mampu menarik minat para wisatawan datang ke berbagai destinasi wisata di seluruh penjuru NTT, dan ekonomi masyarakat NTT pulih.

Pesona Fatumnasi salah satu spot pariwisata estate di Kabupaten TTS. Foto : Fortuna

Menurut Wagub, pengelolaan potensi pariwisata berbasis masyarakat diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan ekonomi provinsi NTT. Karena terbukti selama pandemi, sektor yang mampu bertahan dan memberi kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi NTT adalah UMKM. Sehingga konsep pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat menjadi daya dorong bagi pertumbuhan ekonomi NTT ke depan. “Karena pandemi masih belum bisa diprediksi kapan berakhir dan normal,” ujar Wagub Nae Soi.

Karya-karya Intelektual

Ketika mempertahankan disertasinya pada Ujian Promosi Program Doktor Studi Pembangunan Fakultas Interdisiplin UKSW Salatiga, 22 Oktober 2021, Gubernur Viktor Bungtilu Laiksodat (VBL) optimis bahwa industri pariwisata bisa menjadi penggerak utama (prime mover) terhadap kebangkitan ekonomi NTT.

“Dengan kebijakan tepat dan menyeluruh, pariwisata bisa membawa masyarakat NTT keluar dari zona kemiskinan. Artinya, pariwisata bisa menjadi prime mover bagi perekonomian NTT. Ini bisa terwujud dengan pendekatan pembangunan yang tepat, yakni pembangunan yang melibatkan semua pemangku kepentingan, terutama masyarakat dan pelaku ekonomi lokal (inclusive) dan berdasarkan kekuatan sumber daya yang dimiliki NTT (local resource-based),” kata Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dalam Ujian Terbuka S3 Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, Jumat (22/10).

Pada Ujian Promosi Program Doktor Studi Pembangunan Fakultas Interdisiplin UKSW tersebut, Viktor membawakan disertasi berjudul “Transformasi Pariwisata Nusa Tenggara Timur: Inclusive, local resources-based, sustainable,”.

destinasi_fortuna
Pintu masuk menuju kawasan pariwisata estate “Mulut Seribu” di Rote Ndao. Foto : Ist

Viktor mengatakan, Provinsi NTT  memiliki kekayaan alam yang besar, baik flora fauna, dan sumber daya manusia (SDM). “Binatang purba satu-satunya yang dimiliki oleh NTT adalah one and the only di dunia. NTT juga memiliki pohon ajaib yakni moringga tree yang hidup liar di seluruh pelosok, serta dikaruniai kecerdasan SDM yang luar biasa,” ujar dia.

Kecerdasan itu, kata Viktor, terlihat dari banyaknya perempuan NTT yang mampu melahirkan karya-karya intelektual melalui tenunan-tenunan terbaik tanpa pendampingan oleh desainer-desainer profesional. Meski demikian, provinsi ini masih tetap masuk dalam salah satu provinsi termiskin di Indonesia.

VBL mengungkapkan, hasil penelitiannya ini menjadi sebuah grand design pembangunan pariwisata NTT, yang memberikan solusi untuk memotong rantai kemiskinan di wilayah tersebut. “Oleh karenanya, maka desain pembangunan NTT adalah bagian tidak terpisahkan dari rencana pembangunan pariwisata berkelanjutan. Pembangunan pariwisatanya juga harus berkelanjutan dan diikuti oleh semua stakeholder serta seluruh masyarakat di NTT,” jelas dia.

Untuk mendukung hal itu, lanjut Viktor, dibutuhkan kebijakan yang tepat melalui pendekatan kelembagaan yang mencakup berbagai sektor lingkungan hidup, peluang ekonomi, budaya, dan masyarakat. Selain itu, dibutuhkan pendampingan dari praktisi atau lembaga pariwisata untuk mendorong masyarakat NTT lebih sadar wisata. “Dengan demikian, masyarakat dapat berperan aktif dalam emajukan pariwisata NTT,” tutur dia.

NTT (memang) terkenal sebagai negeri elok indah alamnya. Menarik pikat ragam budayanya, merayu puja bentangan negerinya. Kesohoran NTT pun menyilaukan bahkan meredupkan banyak cerita legenda lampau.

Lumbung tidur, potensi pulas. Itulah Nusa Tenggara Timur ketika belum dirambah dan dijamah. Sadar akan kesohoran ini,

Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat menyadari kesohoran ini dengan menjadikan pariwisata sebagai prime mover. Publik pun berharap, diakhir kepemimpinan mereka, geliat pariwisata bisa menjawab mimpi besarnya; NTT Bangkit Menuju Sejahtera. (Penulis : Josh Diaz/42na)

Kantor Pusat Kopdit Pintu Air. Foto : Fortuna

%d blogger menyukai ini: