
Oleh : Wily Mustari Adam (Warga Manggarai Timur, Tinggal di Kupang)
Lembah kopi Colol di Kecamatan Lamba Leda Timur, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, menghadapi ancaman serius. Wilayah yang terdiri dari empat desa ini mengandalkan kopi sebagai mata pencaharian utama penduduknya. Data terbaru sebagaimana diberitakan Pos Kupang (24/7/2025), menunjukkan hasil panen kopi menurun drastis dari 600 kilogram per hektar menjadi hanya 200-300 kilogram per hektar dalam lima tahun terakhir. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan untuk kopi yang telah dikenal sejak tahun 1932.
Paparan ini mengemuka dalam forum diskusi kolaboratif bersama Pemda Manggarai Timur dengan tim peneliti dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang yang diketuai oleh Dr. Stanis Man, SE.,M.Si, dan beranggotakan Dr. Marius Masri, SE.,M.Si, P. Dr. Paskalis Seran, S.Fil, Florianus Jehudin, S.S, dan Kontantinus Su. Penelitian bertajuk Transformasi Rantai Pasok Kopi Arabika Flores Menuju Daya Saing Global.
Masalah Utama Pohon Tua dan Petani yang Tidak Peduli
Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas, SH.,M.H, telah mengungkapkan masalah utama yang dihadapi. Pohon-pohon kopi di daerah Colol sudah tua dan tidak ada upaya peremajaan. Petani juga tidak melakukan regenerasi atau penanaman bibit baru.
Yang lebih memprihatinkan, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur, John Sentis, MM, menyebutkan adanya fenomena “Petani Turis”. Para petani hanya datang saat musim panen tiba. Mereka tidak merawat tanaman kopi sepanjang tahun. Akibatnya, kualitas dan jumlah hasil panen terus menurun.
Lembah Subur yang Ideal untuk Kopi
Lembah Colol sebenarnya memiliki kondisi alam yang sangat mendukung budidaya kopi. Wilayah ini memiliki lahan yang cukup luas dengan cuaca sejuk dan dingin yang cocok untuk tanaman kopi arabika. Empat desa di wilayah ini telah menggantungkan hidup mereka pada hasil kebun kopi selama puluhan tahun.
Kondisi geografis yang menguntungkan ini seharusnya menjadi modal utama untuk mengembangkan kopi berkualitas tinggi. Hawa sejuk-dingin di daerah pegunungan memang sangat ideal untuk menghasilkan biji kopi dengan cita rasa yang khas dan berkualitas premium.
Potensi besar yang terbuang sia-sia selain kondisi alam yang mendukung, kopi Colol memiliki potensi luar biasa. Kopi ini pernah meraih penghargaan sebagai kopi terbaik dengan aroma yang harum. Daerah Colol raya memiliki empat varietas utama kopi yang berkualitas: kopi Juria, kopi Yelo Caturra, Red Caturra, dan Kopi Unggul S795
Tim peneliti dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang yang dipimpin Dr. Stanis Man, SE.,M.Si sedang melakukan kajian tentang transformasi rantai pasok kopi Arabika Flores. Penelitian ini bertujuan meningkatkan daya saing kopi lokal di pasar global.
Pemerintah daerah juga pernah menggelar festival kopi di Colol beberapa kali. Acara ini seharusnya menjadi momentum untuk mendorong petani agar lebih serius mengembangkan budidaya kopi.
Dampak Jika Tidak Ada Tindakan
Jika kondisi ini terus berlanjut, empat desa di lembah Colol akan kehilangan mata pencaharian utama mereka. Ribuan keluarga petani akan kesulitan mencari sumber penghasilan lain. Kopi Colol yang telah dikenal selama hampir satu abad bisa punah. Daerah Manggarai Timur akan kehilangan identitas produk unggulannya. Indonesia juga akan kehilangan salah satu kopi specialty yang berpotensi bersaing di pasar internasional.
Solusi yang Harus Dilakukan Segera
Pemerintah daerah perlu mengambil langkah konkret dalam mengembangkan keberlanjutan kopi Colol maupun ketersediaan biji kopi Colol sebagai sumber komoditas. Pertama, program peremajaan pohon kopi harus segera dilaksanakan. Bibit-bibit varietas unggul harus disediakan dengan harga terjangkau atau bahkan gratis untuk petani.
Kedua, petani harus mendapat pelatihan cara merawat tanaman kopi yang benar. Mereka harus memahami bahwa kopi bukanlah tanaman yang bisa ditinggalkan begitu saja. Perawatan rutin sepanjang tahun sangat diperlukan untuk menghasilkan panen yang berkualitas.
Ketiga, perlu dibentuk kelompok tani atau koperasi yang kuat. Organisasi ini akan membantu petani dalam hal pengadaan bibit, pupuk, dan pemasaran hasil panen. Dengan bergabung dalam kelompok, petani akan lebih mudah mendapat bantuan teknis dan modal.
Keempat, perlu dikembangkan sistem pemasaran yang lebih baik. Kopi Colol harus dipromosikan tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga nasional dan internasional. Dengan harga jual yang baik, petani akan lebih termotivasi untuk merawat tanaman mereka.
Generasi Muda Harus Dilibatkan
Regenerasi petani juga menjadi kunci penting. Generasi muda harus tertarik untuk terjun ke dunia perkebunan kopi. Caranya adalah dengan menunjukkan bahwa bertani kopi bisa menguntungkan jika dilakukan dengan serius dan profesional.
Program pelatihan khusus untuk anak-anak muda perlu diadakan. Mereka harus dibekali pengetahuan modern tentang budidaya kopi, mulai dari pemilihan bibit hingga teknik pemasaran. Teknologi modern juga harus dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produk.
Waktu Tidak Akan Menunggu
Kopi Colol adalah warisan berharga yang telah ada selama puluhan tahun. Generasi sekarang memiliki tanggung jawab untuk melestarikannya. Jika tidak ada tindakan serius dalam waktu dekat, warisan ini bisa hilang selamanya.
Semua pihak harus bergerak bersama: pemerintah, petani, akademisi, dan masyarakat. Kopi Colol masih bisa diselamatkan dan dikembangkan menjadi produk unggulan yang membanggakan. Namun, waktu terus berjalan dan tidak akan menunggu. Saatnya bertindak sekarang juga, sebelum semuanya terlambat.
Potret kopi Colol ini menjadi pelajaran berharga bagi wilayah lain di Kabupaten Manggarai Timur yang juga menjadi daerah penghasil kopi untuk segera menemukan solusi terbaik merawat kopi yang telah menjadi bagian dari sumber kehidupan kita.



