Monday, November 10, 2025
spot_img
More

    Latest Posts

    Wisata Religi Ala Komunitas WKRI Paroki Santo Fransiskus dari Assisi Kupang ke Batas Negara

    Foto : dok.Fortuna

    KUPANG, fortuna.press – Puluhan anggota Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) DPC Assisi Kolhua Kupang menggelar Ziarah Rohani (Wisata Religi) ke batas NKRI di Atambua, Kabupaten Belu, Jumat- Minggu,6-8 Juni 2025.

    Kegiatan tersebut diikuti langsung oleh Ketua DPC WKRI Cabang Assisi Kolhua Kupang, Ny.Emiliana Ceufin didampingi penasehat rohani Pastor Paroki St.Fransiskus dari Assisi Kupang RD.Longginus Bone bersama RD.Condrad Takene, Ketua Panitia Ny. Ermy Yuniarti Lim serta puluhan anggotanya.

    Rombongan berangkat dari Kupang pada hari Jumat, 6 Juni 2025 pagi sekitar pukul 07.00 WITA menggunakan 1 unit bus dengan titik persinggahan pertama di Gereja St. Antonius Padua, Kefamenanu.

    Tiba di gereja dengan desain bebatuan alam Timor nan unik ini mereka berkeliling sejenak mengagumi konstruksinya yang khas, bercengkrama dengan pastor paroki setempat serta mengamati bangunan interior gereja yang artistik dengan Altar berbalut kain tenun Timor tersebut.

    Beranjangsana ke Gereja Santo Antonius Padua Kefamenanu. Foto : dok.Fortuna

    Adapun pembangunan Gereja St. Antonius Padua dilakukan oleh Pastor Antonio Razzoli OFM.Conv dan umat setempat sejak tahun 2003 serta diresmikan oleh Uskup Atambua kala itu Mgr. Anton Pain Ratu, SVD dalam sebuah perayaan ekaristi yang meriah pada 13 juni 2007 bertepatan dengan pesta St. Antonius Padua.

    Donator utama kala itu konon adalah seorang pecinta lapangan hijau berkebangsaan Italia. Dialah Del Piero, yang juga merupakan keponakan dari Pastor Antonio.

    Masih di gereja ini, mereka juga menyempatkan diri berdoa bersama di patung Bunda St.Maria Imaculata yang berdiri kokoh di samping halaman gereja.

    Mengujungi kawasan wisata alam FULANFEHAN. Foto : dok.Fortuna

    Menuju Teluk Gurita

    Tepat sekitar pukul 11.00 WITA, rombongan bergerak menuju Atapupu dan berziarah ke patung Bunda Maria Pelindung Segala Bangsa di kawasan teluk Gurita, Desa Dualaus, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu. Patung ini merupakan sebuah destinasi wisata andalan bagi masyarakat Kabupaten Belu, pulau Timor juga umat katolik dari negara Timor Leste.

    Berjarak sekitar 20 Kilometer dari Ibukota Atambua, patung ini dibangun dengan konstruksi tinggi 32 meter yang menjadi pusat perhatian karena letaknya yang strategis diatas bukit serta menawarkan pesona laut yang indah dan sangat memanjakan mata.

    Disini, rombongan WKRI berdoa bersama di bawah patung Bunda sambil menikmati panorama alam yang sangat menakjubkan diantara perbukitan dan alam lepas pantai.

    Teluk Gurita sendiri adalah tempat yang indah dengan pemandangan laut yang luas dan bukit-bukit hijau yang memeluknya. Pantai berpasir putih dan air laut yang jernih menjadi latar yang sempurna bagi Patung Bunda Maria, menciptakan suasana yang tenang dan penuh keagungan bagi pengunjungnya.

    Bagi umat Katolik, Patung Bunda Maria di Teluk Gurita memiliki makna spiritual yang dalam. Banyak umat datang untuk berdoa dan merenung di hadapan patung ini, mencari kedamaian dan berkat dari Bunda Maria.

    Kurang lebih 3 jam berada dikawasan ini, rombongan WKRI Kupang ini mengabadikan moment-moment terindah, bersukacita bersama sambil terkezimah dengan indahnya alam ciptaan Tuhan. Tidak hanya itu, mereka pun berburu sunset yang sangat sempurna dikala senja hari sebelum bergegas kembali ke kota Atambua untuk menginap.

    Foto : dok.Fortuna

    Mengunjungi Kampung Kelahiran Almarhum Mgr. Gabriel Manek

    Perjalanan hari kedua pada Sabtu, 7 Juni 2025 diawali dengan mengunjungi kampung kelahiran Almarhum Mgr. Gabriel Manek di Aeolome Lahurus untuk berdoa, memohon kekuatan dan inspirasi rohani atas perjalanan karya dan pelayanan WKRI dari sosok Uskup pribumi pertama Indonesia itu.

    Selanjutnya ada agenda mengunjungi dan berdoa di Gua Lourdes yang berada tak jauh dari kampung kelahiran Almarhum Mgr. Gabriel Manek.

    Untuk melengkapi sukacita pada hari itu, rombongan WKRI DPC Assisi Kolhua Kupang juga beranjangsana ke spot wisata air terjun Mauhalek dan menikmati padang savanna nan eksotik di Fulanfehan

    Pada Minggu, 8 Juni 2025, mereka merayakan Hari Minggu Pentekosta di Gereja Katerdal Maria Imaculata Atambua, beranjangsana ke Istana Keuskupan Atambua dan selanjutnya pada petang hari bersiap kembali ke Kupang.

    Pendamping Rohani sekaligus Pastor Paroki St.Fransiskus dari Assisi Kupang DR.Longginus Bone. Foto : dok.Fortuna

    Jadi Saksi Hidup

    Pastor Paroki Pastor Paroki St.Fransiskus dari Assisi Kupang RD.Longginus Bone usai mendampingi ziarah Rohani komunitas WKRI mengisahkan  bahwa melalui kegiatan dimaksud, anggota WKRI telah menjadi saksi hidup tentang bagaimana kasih tak mengenal batas dalam jarak dan lintas dalam waktu.

    Mereka hadir bukan hanya di altar suci, tetapi juga dalam dapur yang hangat oleh pengorbanan, di ruang rapat yang penuh ketekunan, di rumah sakit yang menyimpan luka umat, dan di lorong-lorong sunyi tempat harapan dirajut dari serpihan.

    Mereka adalah pelita yang menyala dalam kesunyian, api kecil yang tak pernah padam karena disulut oleh cinta yang tak bersyarat.

    “Ziarah ini bukan sekadar perjalanan menempuh jarak, tetapi perjalanan pulang ke dalam hati, kembali pada ruang batin terdalam di mana Tuhan tak pernah berhenti mengetuk dan mencintai,” urai sosok yang karib disapa Romo Dus Bone itu.

    Dalam langkah-langkah mereka katanya, hidup menjadi doa, dan pelayanan menjelma sebagai nyanyian yang dinyanyikan dengan nada kasih.

    Di tengah alam Fulanfehan yang meneduhkan jiwa, mereka melihat langit luas dan mengerti bahwa pelayanan bukanlah beban, tetapi rahmat yang diberikan kepada jiwa-jiwa yang bersedia menjadi saluran kasih.

    Di antara gemuruh angin dan sunyi bukit, mereka mendengar kembali kata-kata Santo Fransiskus dari Asisi: “Mulailah dengan melakukan apa yang perlu, lalu apa yang mungkin; dan kelak engkau akan melakukan yang tidak mungkin.

    Seperti yang tidak biasa naik kuda akhirnya bisa juga. Dari kontemplasi akan ciptaan, lahirlah kekuatan untuk bertahan, untuk mengasihi, dan untuk terus setia, bahkan ketika dunia lupa berterima kasih.

    Pada titik  ini kata Romo Dus, WKRI melayani bukan karena segalanya mudah, tetapi karena mereka tahu bahwa kasih Allah lebih kuat dari keletihan manusia.

    Pelayanan mereka adalah liturgi yang turun dari altar ke pasar, dari yang menjerit hingga yang terjepit, dari misa ke kehidupan, dan di sanalah Tuhan hadir, nyata, dan hidup, dalam tangan-tangan seorang ibu yang mengabdi dalam diam.

    Misa Pentekosta bersama di Gereja Katedral Atambua, Minggu,8 Juni 20205. Foto : dok.Fortuna

    Untuk itulah, Romo Dus Bone menyampaikan terima kasih untuk pengorbanan dan catatan indah yang ditorehkan oleh WKRI di Paroki St.Fransiskus dari Assisi selama ini.

    Mereka pergi dengan sukacita dan pulang dengan tetap membawa sukacita. Hidup adalah cerita yang harus terus ditulis dan dibacakan dengan nada syukur dan terima kasih.

    “Pada kesempatan ini saya mengucapkan limpah terima kasih untuk Romo Kondradus, Ibu Ketua WKRI DPC Assisi, Ketua Panitia bersama teman-teman panitia serta para Sahabat Hati yang terkasih atas kebersamaan yang terpaut dalam Peziarahan yang sukacita ini. Sungguh sangat menyenangkan, katanya.

    Dia berharap semoga sukacita yang sama juga dibagikan kepada keluarga dan sesama yang ditemui dalam tugas harian.

    Terima Kasih Untuk Semua

    Ketua DPC WKRI Assisi Kolhua Kupang, Ny.Emiliana Ceufin mengatakan sangat bahagia dan terharu bisa bersama Pastor Paroki, pastor rekan serta teman-teman pengurus dan anggota WKRI beranjangsana dan menggelar wisata rohani ke batas negara di kabupaten Belu.

    Baginya, ziarah rohani tersebut adalah kesempatan terbaik bagi WKRI untuk melalkukan refleksi iman serta menemukan inspirasi baru dengan berdoa bersama kepada Bunda Maria, mengunjungi ke situs-situs religius sambil menikmati rekreasi.

    Dia berterima kasih kepada Pastor Paroki St.Fransiskus dari Assisi Kupang RD.Longginus Bone dan RD.Condrad Takene selaku Pendamping Rohani serta seluruh pengurus dan anggota yang telah mengambil bagian dalam program WKRI kali ini.

    Sementara Ketua Panitia Ermy Yuniarti Lim menyampaikan syukur dan terima kasih meskipun persiapan yang singkat dan terbatas namun kegiatan tersebut dapat berjalan lancar sukses dan menyenangkan serta semakin menguatkan iman dan pelayanan pengurus WKRI bagi sesama, gereja dan bangsa. (tim/42na)

    Latest Posts

    spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

    Don't Miss

    Stay in touch

    To be updated with all the latest news, offers and special announcements.